Sumber: https://regional.kompas.com/read/2022/08/16/195401978/6-kerajaan-islam-di-kalimantan-dan-sejarah-singkatnya?page=all
Islam masuk ke
Indonesia dilakukan dengan saluran perdagangan, perkawinan, dakwah, tasawuf,
kesenian dan pendidikan dengan jalan damai.[1]
Hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti oleh para sejarawan kapan
masuknya Islam di Indonesia. Penyebaran agama Islam di Nusantara banyak
dilakukan oleh para pedagang yang berasal dari bangsa Arab, Persia dan India
yang datang dengan tujuan untuk melakukan perdagangan juga sekaligus
menyebarkan agama Islam.[2] Masuknya
Islam di Nusantara tidaklah dalam waktu yang bersamaan, begitu juga masuknya
Islam di Kalimantan yang awalnya masih menganut kepercayaan leluhur, Hindu dan
Buddha. Pada akhir abad ke-15, agama Islam masuk ke Kalimantan melalui 2 jalur.
Jalur pertama, Islam dibawa melalui Malaka yang dikenal sebagai Kerajaan Islam
setelah Perlak dan Pasai. Jatuhnya Malaka ketangan penjajahan Portugis membuat dakwah
semakin menyebar di Pulau Kalimantan melaui para mubalig-mubalig dan komunitas
Islam yang kebanyakan mendiami pesisir Barat Kalimantan. Jalur kedua, dakwah
Islam dibawa melaui para mubalig yang dikirim langsung melalui Jawa yang
mencapai puncaknya ketika berdirinya Kerajaan Islam Banjar.[3]
Menurut Basuni,
Islam mulai tersebar di kalangan penduduk lokal pada abad ke-10. Kemungkinan
berikutnya, menurutnya, Islam masuk ke Kalimantan sekitar tahun 1250 M (abad ke[1]13)
dan berkembang pesat setelah abad ke-16. Penyebaran Islam di kalangan penduduk
Kalimantan mulai pada abad ke-10, sebagaimana disebutkan oleh Basuni, ditopang
oleh adanya bukti arkeologis yang ditunjukkan oleh Uka Tjandrasasmita, yaitu
batu nisan putri Sultan Abdul Majid bin Sultan Muhammad Shah tertanggal 440 H
atau 1048 M. yang berada di pekuburan muslim di Bandar Seri Begawan. maka dapat
disimpulkan bahwa kedatangan Islam di Kalimantan berlangsung pada abad ke-7
hingga ke-10, Islam kemudian mulai diterima dan dianut oleh penduduk Kalimantan
pada abad ke-11 hingga 15, kemudian Islam mulai berkembang pesat dan diterima
secara masif mulai pada abad ke-16.[4]
Islam bisa
menjangkau daerah perbatasan di wilayah Kalimantan barat tentu tidak terlepas
dari perjuangan para penyiar Islam di masa lalu. Jika melihat wilayah
perbatasan yang terletak jauh dari tempat-tempat strategis pada zaman dulu
tentu menjadi indikasi kehebatan perjuangan para penyiar Islam yang mampu
menjangkau wilayah perbatasan. Islam masuk ke Indonesia dengan cara damai
disertai dengan jiwa toleransi dan saling menghargai antara penyebar dan
pemeluk agama baru dengan penganut-penganut agama lama (Hindu-Budha). Ia di
bawa oleh pedagang-pedagang Arab dan Gujarat di India yang tertarik dengan
rempah-rempah. Kemudian, mereka membentuk koloni[1]koloni Islam yang
ditandai dengan kekayaan dan semangat dakwahnya. Para penyiar Islam datang ke
Kalimantan sambil berdagang menyusuri sungai-sungai besar di Kalimantan. Secara
berangsur-angsur pengaruh Islam masuk ke seluruh wilayah Kalimantan. Penyebaran
agama Islam telah berhasil memasuki istana-istana raja di Kalimantan Barat, Salah
seorang yang berperan menyebarkan agama Islam di Kalimantan Barat ialah Habib
Husein Alkadri. Beliau berasal dari Hadramaut, yaitu daerah di bagian selatan
Jazirah Arab, kini wilayah Yaman Selatan.[5]
Hubungan antara
satu kerajaan Islam dengan kerajaan Islam lain nya pertama-tama memang terjalin
karena persamaan agama. Hubungan itu pada mulanya mengambil bentuk kegiatan
dakwah, kemudian berlanjut setelah kerajaan-kerajaan Islam berdiri.[6] Dalam
bidang politik, agama pada mulanya di pergunakan untuk memperkuat diri dalam
menghadapi pihak-pihak atau kerajaan-kerajaan yang bukan Islam, terutama
mengancam kehidupan politik maupun ekonomi. Meskipun kepentingan politik dan
ekonomi antara kerajaan-kerajaan Islam itu sendiri terancam, persamaan agama tidak
menjamin bahwa permusuhan tidak menjadi pusat pengajaran agama. [7] Pelajaran
baik tentang adanya hubungan yang akrab antara kerajaan Islam yang satu dengan
kerajan Islam lainnya yang ditujukan untuk memajukan bidang kebudayaan dan
keagamaan. Kerajaan Islam Samudra Pasai dan kemudian menjadi Kerajaan Islam
Darussalam yang dikenal sebagai Serambi Mekkah pernah menjadi pusat pendidikan
dan pengajaran Islam.[8]
Situasi konflik
ini tentu bukanlah hal yang dikehendaki oleh masyarakat Kalimantan Barat. Oleh
karena itu, berbagai aksi dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat sendiri
untuk melakukan upaya perdamaian yang berkelanjutan di Kalimantan Barat. Di
antaranya melalui dunia pendidikan, materi-materi terkait kerukunan beragama,
perdamaian sosial, dan sikap saling menghormati dan bekerja sama dengan orang
lain menjadi perhatian penting, terlebih di daerah yang memiliki pengalaman
konflik sosial.[9]
[1] Musyrifah
Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Indonesia, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
2005), hlm. 7-10
[2] Kartodirdjo,Sejarah
Nasional Indonesia III,(Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1975),
hlm. 2
[3] Eka Dolok
Martimbang, Profil Insan Muslim Kalimantan. (Palangka Raya: CV Perak Nusantara.
2015), hlm. 3-4
[4] Rahmadi
“Khazanah, Jurnal Studi Islam dan Humaniora, vol 18 (2), 2020 hal. 269
[5] Muhammad
Irsyad, “Masuk Dan Berkembangnya Islam Dan Sejarah Masjid Sultan Abdurrahman
Pontianak, Kalimantan Barat”, 2008
[6] “Sejarah
nasional Indonesia: Zaman pertumbuhan dan perkembangan kerajaan-kerajaan di
Indonesia,” diakses 22 Mei 2023, h. 288
[7] “Sejarah
nasional Indonesia: Zaman pertumbuhan dan perkembangan kerajaan-kerajaan di
Indonesia.” h. 289
[8] “Sejarah
Pendidikan Islam,” diakses 22 Mei 2023, h. 258.
[9] Isra Maya Safira, Luluk Qolbiyah, and Manjidatus Syarifah, “Sejarah
Kerajaan Islam Di Kalimantan Barat” (2023): h. 9.
Daftar Pustaka
Musyrifah Sunanto, Sejarah
Peradaban Islam Indonesia, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. 2005)
Kartodirdjo,Sejarah
Nasional Indonesia III,(Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1975)
Eka Dolok Martimbang,
Profil Insan Muslim Kalimantan. (Palangka Raya: CV Perak Nusantara. 2015)
Rahmadi “Khazanah,
Jurnal Studi Islam dan Humaniora, vol 18 (2), 2020
Muhammad Irsyad, “Masuk Dan
Berkembangnya Islam Dan Sejarah Masjid Sultan Abdurrahman Pontianak, Kalimantan
Barat”, 2008
“Sejarah nasional
Indonesia: Zaman pertumbuhan dan perkembangan kerajaan-kerajaan di Indonesia,”
diakses 22 Mei 2023
“Sejarah Pendidikan
Islam,” diakses 22 Mei 2023
Isra Maya Safira, Luluk
Qolbiyah, and Manjidatus Syarifah, “Sejarah Kerajaan Islam Di Kalimantan Barat”
(2023):
0 komentar:
Posting Komentar