Selasa, 06 Juni 2023

Sejarah Kerajaan Islam Di Kalimantan Barat

 

Sumber: https://regional.kompas.com/read/2022/08/16/195401978/6-kerajaan-islam-di-kalimantan-dan-sejarah-singkatnya?page=all 

Islam masuk ke Indonesia dilakukan dengan saluran perdagangan, perkawinan, dakwah, tasawuf, kesenian dan pendidikan dengan jalan damai.[1] Hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti oleh para sejarawan kapan masuknya Islam di Indonesia. Penyebaran agama Islam di Nusantara banyak dilakukan oleh para pedagang yang berasal dari bangsa Arab, Persia dan India yang datang dengan tujuan untuk melakukan perdagangan juga sekaligus menyebarkan agama Islam.[2] Masuknya Islam di Nusantara tidaklah dalam waktu yang bersamaan, begitu juga masuknya Islam di Kalimantan yang awalnya masih menganut kepercayaan leluhur, Hindu dan Buddha. Pada akhir abad ke-15, agama Islam masuk ke Kalimantan melalui 2 jalur. Jalur pertama, Islam dibawa melalui Malaka yang dikenal sebagai Kerajaan Islam setelah Perlak dan Pasai. Jatuhnya Malaka ketangan penjajahan Portugis membuat dakwah semakin menyebar di Pulau Kalimantan melaui para mubalig-mubalig dan komunitas Islam yang kebanyakan mendiami pesisir Barat Kalimantan. Jalur kedua, dakwah Islam dibawa melaui para mubalig yang dikirim langsung melalui Jawa yang mencapai puncaknya ketika berdirinya Kerajaan Islam Banjar.[3]

Menurut Basuni, Islam mulai tersebar di kalangan penduduk lokal pada abad ke-10. Kemungkinan berikutnya, menurutnya, Islam masuk ke Kalimantan sekitar tahun 1250 M (abad ke[1]13) dan berkembang pesat setelah abad ke-16. Penyebaran Islam di kalangan penduduk Kalimantan mulai pada abad ke-10, sebagaimana disebutkan oleh Basuni, ditopang oleh adanya bukti arkeologis yang ditunjukkan oleh Uka Tjandrasasmita, yaitu batu nisan putri Sultan Abdul Majid bin Sultan Muhammad Shah tertanggal 440 H atau 1048 M. yang berada di pekuburan muslim di Bandar Seri Begawan. maka dapat disimpulkan bahwa kedatangan Islam di Kalimantan berlangsung pada abad ke-7 hingga ke-10, Islam kemudian mulai diterima dan dianut oleh penduduk Kalimantan pada abad ke-11 hingga 15, kemudian Islam mulai berkembang pesat dan diterima secara masif mulai pada abad ke-16.[4]

Islam bisa menjangkau daerah perbatasan di wilayah Kalimantan barat tentu tidak terlepas dari perjuangan para penyiar Islam di masa lalu. Jika melihat wilayah perbatasan yang terletak jauh dari tempat-tempat strategis pada zaman dulu tentu menjadi indikasi kehebatan perjuangan para penyiar Islam yang mampu menjangkau wilayah perbatasan. Islam masuk ke Indonesia dengan cara damai disertai dengan jiwa toleransi dan saling menghargai antara penyebar dan pemeluk agama baru dengan penganut-penganut agama lama (Hindu-Budha). Ia di bawa oleh pedagang-pedagang Arab dan Gujarat di India yang tertarik dengan rempah-rempah. Kemudian, mereka membentuk koloni[1]koloni Islam yang ditandai dengan kekayaan dan semangat dakwahnya. Para penyiar Islam datang ke Kalimantan sambil berdagang menyusuri sungai-sungai besar di Kalimantan. Secara berangsur-angsur pengaruh Islam masuk ke seluruh wilayah Kalimantan. Penyebaran agama Islam telah berhasil memasuki istana-istana raja di Kalimantan Barat, Salah seorang yang berperan menyebarkan agama Islam di Kalimantan Barat ialah Habib Husein Alkadri. Beliau berasal dari Hadramaut, yaitu daerah di bagian selatan Jazirah Arab, kini wilayah Yaman Selatan.[5]

Hubungan antara satu kerajaan Islam dengan kerajaan Islam lain nya pertama-tama memang terjalin karena persamaan agama. Hubungan itu pada mulanya mengambil bentuk kegiatan dakwah, kemudian berlanjut setelah kerajaan-kerajaan Islam berdiri.[6] Dalam bidang politik, agama pada mulanya di pergunakan untuk memperkuat diri dalam menghadapi pihak-pihak atau kerajaan-kerajaan yang bukan Islam, terutama mengancam kehidupan politik maupun ekonomi. Meskipun kepentingan politik dan ekonomi antara kerajaan-kerajaan Islam itu sendiri terancam, persamaan agama tidak menjamin bahwa permusuhan tidak menjadi pusat pengajaran agama. [7] Pelajaran baik tentang adanya hubungan yang akrab antara kerajaan Islam yang satu dengan kerajan Islam lainnya yang ditujukan untuk memajukan bidang kebudayaan dan keagamaan. Kerajaan Islam Samudra Pasai dan kemudian menjadi Kerajaan Islam Darussalam yang dikenal sebagai Serambi Mekkah pernah menjadi pusat pendidikan dan pengajaran Islam.[8]

Situasi konflik ini tentu bukanlah hal yang dikehendaki oleh masyarakat Kalimantan Barat. Oleh karena itu, berbagai aksi dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat sendiri untuk melakukan upaya perdamaian yang berkelanjutan di Kalimantan Barat. Di antaranya melalui dunia pendidikan, materi-materi terkait kerukunan beragama, perdamaian sosial, dan sikap saling menghormati dan bekerja sama dengan orang lain menjadi perhatian penting, terlebih di daerah yang memiliki pengalaman konflik sosial.[9]



[1] Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Indonesia, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. 2005), hlm. 7-10

[2] Kartodirdjo,Sejarah Nasional Indonesia III,(Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1975), hlm. 2

[3] Eka Dolok Martimbang, Profil Insan Muslim Kalimantan. (Palangka Raya: CV Perak Nusantara. 2015), hlm. 3-4

[4] Rahmadi “Khazanah, Jurnal Studi Islam dan Humaniora, vol 18 (2), 2020 hal. 269

[5] Muhammad Irsyad, “Masuk Dan Berkembangnya Islam Dan Sejarah Masjid Sultan Abdurrahman Pontianak, Kalimantan Barat”, 2008

[6] “Sejarah nasional Indonesia: Zaman pertumbuhan dan perkembangan kerajaan-kerajaan di Indonesia,” diakses 22 Mei 2023, h. 288

[7] “Sejarah nasional Indonesia: Zaman pertumbuhan dan perkembangan kerajaan-kerajaan di Indonesia.” h. 289

[8] “Sejarah Pendidikan Islam,” diakses 22 Mei 2023, h. 258.

[9] Isra Maya Safira, Luluk Qolbiyah, and Manjidatus Syarifah, “Sejarah Kerajaan Islam Di Kalimantan Barat” (2023): h. 9.

Daftar Pustaka

Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Indonesia, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. 2005)

Kartodirdjo,Sejarah Nasional Indonesia III,(Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1975)

Eka Dolok Martimbang, Profil Insan Muslim Kalimantan. (Palangka Raya: CV Perak Nusantara. 2015)

Rahmadi “Khazanah, Jurnal Studi Islam dan Humaniora, vol 18 (2), 2020

Muhammad Irsyad, “Masuk Dan Berkembangnya Islam Dan Sejarah Masjid Sultan Abdurrahman Pontianak, Kalimantan Barat”, 2008

“Sejarah nasional Indonesia: Zaman pertumbuhan dan perkembangan kerajaan-kerajaan di Indonesia,” diakses 22 Mei 2023

“Sejarah Pendidikan Islam,” diakses 22 Mei 2023

Isra Maya Safira, Luluk Qolbiyah, and Manjidatus Syarifah, “Sejarah Kerajaan Islam Di Kalimantan Barat” (2023):


0 komentar:

Posting Komentar