Kamis, 16 Maret 2023

Peradaban Turki Utsmani

Sumber: https://international.sindonews.com/read/815939/45/3-bangunan-peninggalan-turki-utsmani-nomor-1-dibangun-untuk-saingi-hagia-sophia-1656817666?showpage=all

Kerajaan Turki didirikan oleh bangsa Turki dari kabilah Qayigh Oghus yang merupakan anak suku Tukrey yang mendiamai Gurun Gobi sebelah barat. Memasuki tahun pertama Masehi, pada masa itu wilayah Turki bernama Kerajaan Bizantium yang dikuasai oleh bangsa Romawi selama 4 abad.[1] Pendiri kerajaan ini mendiami daerah Mongol dan daerah utara negeri Cina. Dalam jangka waktu kira-kira 3 abad, mereka pindah ke Turkistan kemudian Persia dan Irak. Mereka masuk Islam sekitar abad ke-9 atau ke-10 Masehi. Dibawah tekanan serangan-serangan Mongol pada abad ke-13 M, mereka melarikan diri ke daerah barat dan mencari tempat pegunungan ditengah[1]tengah saudara mereka, yaitu orang-orang Turki Saljuk di dataran tinggi Asia Kecil. Dibawah pimpinan Ertugrul, mereka mengabdikan diri kepada Sultan Alauddin II, Atas bantuan mereka, Sultan Alauddin II mendapat kemenangan.Karena jasa baik itu, sultan Alauddin II menghadiahkan sebidang tanah di Asia Kecil yang berbatasan dengan Bizantium. Sejak itu mereka terus membina wilayah barunya dan memilih kota Syukud sebagai ibu kotanya.[2]

Menurut Syafiq A. Mughni, periode kepemimpinan turki utsmani terbgai menjadi lima periode: Periode pertama (1299-1402)  dimulai dari berdirinya kerajaan, Periode kedua (1402-1566) ditandai dengan restorasi kerajaan dan cepatnya pertumbuhan sampai ekspansinya yang terbesar. Periode ketiga (1566-1699) ditandai dengan kemampuan Usmani untuk mempertahankan wilayahnya. Periode keempat (1699-1838) ditandai degan berangsur-angsur surutnya kekuatan kerajaan dan pecahnya wilayah yang di tangan para penguasa wilayah. Periode kelima (1839-1922) ditandai dengan kebangkitan kultural dan administrasi dari negara di bawah pengaruh ide-ide Barat.[3] Adapun kemajuan-kemajuan yang dicapai Turki Utsmani dalam berbagai bidang. Salah satu diantaranya pada bidang diantaranya: Bidang Militer dan Pemerintahan para tentara dapat mengatur dan menata sehingga negara Turki Utsmani dijuluki mesin perang terkokoh dan paling superior, kemudian menyampaikan motivasi yang dapat mempengaruhi tentara dalam merebut kekuasaan negeri nonmuslim. Garda pertama yang mendorong kemajuan ini ialah tabiat bangsa Turki itu sendiri yang ada ciri khas kemiliteran, disiplin, dan patuh terhadap peraturan. Penataan antusiasme militer kerajaan diorganisasir secara bagus sejak pemerintahan Sultan Murad I.[4] Selain itu pasti Turki Utsmani pernah mengalami kemunduran pada masanya. Ada tiga faktor yang menjadi penyebab kehancuran kerajaan Turki Utsmani diantaranya: kelemahan para sultan dan sistem birokrasi, kemerosotan kondisi sosial ekonomi dan munculnya kekuatan eropa.[5]

Sejarah Dinasti Safawi

Pada awalnya kerajaan Safawi hanya merupakan gerakan atau aliran tarekat yang didirikan oleh Safi al-Din Ishak al-Ardabily (1252-1334 M) di Ardabil, Azerbijan. Tarekat ini dinamakan Safawi yang diambil dari nama pendirinya. Dalam perjalanannya, tarekat Safawi ini perlahan-lahan berubah dari gerakan tarekat murni yang bersifat lokal menjadi gerakan keagamaan yang besar pengaruhnya di Persia, Syria dan Anatolia (Asia kecil) dan pengikutnya pun semakin bertambah. Fanatisme terhadap tarekat ini yang menentang sikap orang yang tidak mengikuti faham mereka, memotivasi gerakan ini memasuki dunia politik.[6] Safawi mulai terlibat dalam konflik-konflik dengan kekuatan-kekuatan politik yang ada di Persia ketika itu, misalnya komflik dengan Kara Konyunlu yang bermazhab Syi’ah. Ketika Junaid wafat ia digantikan oleh putranya, Haedar (1470 M). Pada masa pemerintahan Haidar, ia melanjutkan persekutuan ayahnya dengan AK.Koyunlu untuk melawan Kara Koyunlu. Dan Ia berhasil mengalahkan Kara Konyunlu. pada tahun 1488, ketika pasukan Haidar menyerang wilayah Sircasia dan pasukan AK.Koyunlu memberikan bantuan militer kepada pasukan Syirwan, sehingga pasukan Haidar kalah dan Haidar sendiri terbunuh dalam pertempuran tersebut. Kekalahan dan kematian Haidar, tidak membuat pasukannya putus asa. Mereka berkumpul di Ardabil dan membaiat Ali, putra sulung Haidar, sebagai pemimpin mereka.

Pada tahun 1493 M, mereka dibebaskan dengan syarat Ali harus membantu Rustam, putra mahkota AK.Koyunlu untuk menyingkirkan rival politiknya (sepupunya sendiri) dalam menduduki tahta kekuasaan. Setelah itu Ali kembali ke Ardabil. Karena khawatir akan pengaruh Ali semakin meluas. Rustam menyerang Ali (1494) dan dalam serangan tersebut Ali terbunuh. Kekuatan gerakan Safawi bangkit kembali setelah dipimpin oleh Ismail bin Haidar (1501-1524 M), yang sebelumnya ditunjuk oleh Ali. Pada saat tentara AK.Koyunlu menyerang Safawi (1494), Ismail meloloskan dirinya dan lari ke Ghilan. Ditempat persembunyiannya ia menghimpun kekuatan dan memelihara hubungan baik dengan para pengikutnya di Azerbijan, Syria dan Anatolia, selama lima tahun ia bersiap siaga dengan pasukan Qizilbasy nya yang bermarkas di Gilan. Pada tahun 1501, pasukannya berhasil mengalahkan pasukan AK.Koyunlu, dengan menaklukkan Tybriz, pusat kekuasaan AK.Koyunlu. Di kota inilah Ismail memproklamirkan dirinya sebagai Syah Ismail I, penguasa I kerajaan Safawi. Dan sepuluh tahun kemudian, kerajaan Safawi menguasai seluruh Persia. Dengan demikian semakin tegaklah kerajaan Safawi dengan sistem pemerintahan teokrat, dan menjadikan Syi’ah Itsna Asyariah sebagai mazhab resmi Negara. Demikianlah sejarah asal usul pembentukan kerajaan Safawi, yang dengan eksistensinya sangat penting dalam sejarah Persia.[7]

Kemajuan kerajaan Safawi itu meliputi: menciptakan sentralisasi kekuatan militer dan administrasi negara dan menciptakan perangkat keagamaan, membangun pabrik-pabrik untuk memproduksi barang-barang mewah, membangun ibu kota baru, yaitu Isfahan. Disamping kemajuan pasti ada kemunduran. Berikut adalah faktor kemunduran kerajaan safawi: Konflik berkepanjangan dengan Turki Usmani dengan Safawi yang tidak pernah berhenti, mengakibatkan lemahnya kekuasaan Safawi, banyaknya daerah dalam wilayah kekuasaan Safawi melepaskan diri dan melakukan pemberontakan-pemberontakan daerah-daerah yang melepaskan diri terhadap kerajaan. Dari faktor diatas kerajaan Safawi akhirnya mengalami kehancuran dan berakhirlah kekuasaan Dinasti Safawi di Persia, pada tahun 1736 M yang dijatuhkan oleh Nadir Syah, seorang kepala salah satu suku bangsa Turki yang ada di Persia ketika itu.[8] 

Sejarah Dinasti Mughal

Dinasti Mughal merupakan kerajaan yang didirikan oleh keturunan bangsa Mongol. Bangsa Mongol adalah bangsa yang berasal dari daerah pegunungan Mongolia yang membentang dari Asia Tengah sampai ke Siberia Utara, Tibet Selatan dan Manchuriabarat serta Turkistan Timur. Dari keturunan Timur Lenk lahirlah Abu Said yang merupakan turunan terakhirnya. Dari Abu Said munculah Umar Sheikh Mirza. Dari Umar Sheikh Mirza lahirlah Sultan Zahiruddin Muhammad Babur sebagai pendiri Kerajaan Mughal.[9] Kerajaan Mughal didirikan oleh Sultan Zahiruddin Muhammad Babur (1526-1530 M) Kemudian Sultan Zahiruddin Muhammad Babur meninggal dunia saat usia 48 tahun pada tanggal 26 Desember 1530 M.[10] Disaat yang gawat darurat itulah Sultan Jalaluddin Muhammad Akbar putra dari Sultan Nasiruddin Muhammad Humayun tertua dan baru berusia 14 tahun naik tahta menggantikan ayahnya yaitu pada tahun 1556 M.[11]

Sultan Jalaluddin Muhammad Akbar terkenal dengan kebijakan-kebijakannya yang toleran, sehingga Sultan Jalaluddin Muhammad Akbar mampu menyatukan hati umat Islam dan umat Hindu yang notabene selalu bertikai.[12] Sebagai seorang raja, Sultan Jalaluddin Muhammad Akbar terus meluaskan wilayah kekuasaannya. Luas wilayah Mughal yang meliputi hampir seluruh wilayah India dan juga berbagai agama yang berkembang seperti Hindu, Islam, Budha, Jain, Zoroaster, Yahudi dan Nasrani dengan Hindu sebagai Mayoritas, menambah ketidakstabilan India pada saat itu. Akan tetapi Sultan Jalaluddin Muhammad Akbar berhasil menguasai keadaan tersebut dengan berbagai kebijakan yang diterapkannya.[13] Kemajuan yang dicapai Sultan Akbar dalam berbagai bidang diantaranya: bidang politik dan militer, bidang ekonomi, bidang seni dan arsitektur dan bidang agama.[14]

 

 



[1] Taqwatul Uliyah, “Kepemimpinan Kerajaan Turki Utsmani” 7, no. 2 (2021).

[2] Muhammad Basyrul Muvid, “Sejarah Kerajaan Turki Utsmani Dan Kemajuannya Bagi Dunia Islam” 2 (2018).

[3] Fathur Rahman, “Sejarah Perkembangan Islam Di Turki” 10 (2018)

[4] Rahmida Putri*, Haidar Putra Daulay, Zaini Dahlan, “Warisan Peradaban Islam Era Turki Utsmani Sebagai Penguat Identitas Turki Modern” 1, no. 2 (2021).

[5] Taqwatul Uliyah, “Kepemimpinan Kerajaan Turki Utsmani” 1, no. 2 (2021).

[6] Harjony Desky, “Kerajaan Safawi Di Persia Dan Mughal Di India Asal Usul, Kemajuan Dan Kehancuran” 8, no. 1 2016.

[7] Desky, “Kerajaan Safawi Di Persia Dan Mughal Di India Asal Usul, Kemajuan Dan Kehancuran.”

[8] Adiyana Adam, Abd Rahim Yunus, and Syamsan Syukur, “Sejarah Perkembangan Dan Kemunduran Tiga Kerajaan Islam Di Abad Modern (1700-1800-An)” 8, no. 1 (2022)

[9] Abd. Rahim Yunus dan Abu Haif, Sejarah Islam Pertengahan, (Cet. I : Yogyakarta : Ombak (Anggota IKAPI, 2016), p.268.

[10] Sandi Nur Rohman, Dinasti Mughal, p.1

[11] Sokah, Din-illahi, Kontroversi Keberagamaan Sultan Akbar Agung, (India 1560- 1605 M(Yogyakarta: Ittaqa Press, 1994),p.5.

[12] Machfud Syaefudin, dkk, Dinamika Peradaban Islam : Perspektif Historis, (Yogyakarta : Pustaka Ilmu Yogyakarta, 2013), p.232.

[13] Abul Fazl, Akbar Nama , (H. Beveridge:1902), p.20.

[14] https://wawasansejarah.com/kebijakan-sultan-akbar-dinasti-mughal/ diakses pada 12 Maret 2023 pukul 22:15

Daftar Pustaka

Adam, Adiyana, Abd Rahim Yunus, and Syamsan Syukur. “Sejarah Perkembangan Dan Kemunduran Tiga Kerajaan Islam Di Abad Modern (1700-1800-An)” 8, no. 1 (2022).

Fathur Rahman. “Sejarah Perkembangan Islam Di Turki” 10 (2018)

Muhammad Basyrul Muvid. “Sejarah Kerajaan Turki Utsmani Dan Kemajuannya Bagi Dunia Islam” 2 (2018).

Desky, Harjony. “Kerajaan Safawi Di Persia Dan Mughal Di India Asal Usul, Kemajuan Dan Kehancuran” 8, no. 1 : 2016.

Rahmida Putri*, Haidar Putra Daulay, Zaini Dahlan. “Warisan Peradaban Islam Era Turki Utsmani Sebagai Penguat Identitas Turki Modern” 1, no. 2 (2021).

Taqwatul Uliyah. “Kepemimpinan Kerajaan Turki Utsmani” 7, no. 2 (2021).

0 komentar:

Posting Komentar