Dalam definisi peradaban yang dimaksud disini yakni Islam yang
diwahyukan kepada Nabi Muhammad Saw yang telah membawa bangsa Arab yang semula
terbelakang, bodoh, tidak terkenal, dan diabaikan oleh bangsa-bangsa lain,
menjadi bangsa yang maju, dan cepat mengembangkan dunia, membina satu
kebudayaan dan peradaban yang sangat penting artinya dalam sejarah manusia
hingga sekarang.[2]
Kebudayaan adalah bentuk ungkapan tentang semangat mendalam suatu
masyarakat. Sedangkan manifestasi-manifestasi kemajuan mekanis dan teknologis
lebih berkaitan dengan peradaban. Kalau kebudayaan lebih banyak direfleksikan
dalam seni, sastra, religi dan moral, maka peradaban terefleksi dalam politik,
ekonomi, dan teknologi.[3]
Kebudayaan atau peradaban adalah bukti jejak kehidupan manusia
sebagai potret perkembangan dan kemajuan mereka yang bersumber dari budi daya
untuk mempermudah pemenuhan kebutuhan hidup mereka dalam berbagai aspek
kehidupan yang memiliki unsur dan wujud. Menurut Melville J. Herskovits, ada
empat unsur kebudayaan, yaitu alat-alat teknologi, sistem ekonomi, keluarga,
dan sistem kekuasaan politik. Koentjaraningrat berpendapat bahwa ada tiga wujud
kebudayaan, yaitu 1) wujud kebudayaan sebagai kompleks dari ide, gagasan,
nilai, norma, peraturan, dan lain-lain yang sejenis; 2) wujud kebudayaan
sebagai kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat; dan
3) wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.[4]
Dalam penulisan sejarah, metode yang dapat digunakan adalah metode
deskriptif, komparatif, dan analisis sintetis. Metode deskriptif ditunjukkan
untuk menggambar adanya peradaban Islam tersebut, maksudnya ajaran Islam
sebagai agama samawi yang dibawa Nabi Muhammad yang berhubungan dengan
peradaban diuraikan sebagaimana adanya, dengan tujuan untuk memahami yang
terkandung dalam sejarah tersebut. Metode Komparatif ditujukan untuk
membandingkan sebuah perkembangan peradaban Islam dengan peradaban Islam
lainnya. Metode Analisis Sintesis ditujukan dengan melihat sosok peradaban
Islam secara lebih kritis, ada analisis dan bahasan yang luas serta kesimpulan
yang lebih kritis, ada analisis dan bahasan yang luas serta kesimpulan yang
spesifik.[5]
[1] Siti
Zubaidah, Sejarah Peradaban Islam, 15–16.
[2] Siti
Zubaidah, Sejarah Peradaban Islam, 17.
[3] Siti
Zubaidah, 16.
[4] Suyuthi
Pulungan, 17–18.
[5] Sulthon
Mas’ud, “Sejarah Peradaban Islam.”
Daftar Pustaka
Siti Zubaidah. Sejarah Peradaban
Islam. Medan: Perdana Publishing, 2016.
Sulthon Mas’ud. “Sejarah Peradaban
Islam,” November 2014.
Suyuthi Pulungan. Sejarah Peradaban
Islam. Jakarta: Amzah, 2017.
0 komentar:
Posting Komentar